Sharing Alumni (Online) Kamalogis
4 Desember 2018
Pemateri:
Muhammad Ikhsan Restiadi, S.T.
Engineering & Technical Support – PT. Control System Arena Para Nusa
Teknik Fisika 2012
Teknik Fisika / Fisika Teknik khususnya pada bidang instrumentasi industrial, memiliki peran dalam merancang suatu metode pengukuran dan mengetahui besaran nilai pada suatu proses dan mengendalikannya agar berada pada set point yang diinginkan. Mungkin, hampir tidak ada industri yang tidak membutuhkan pengukuran dan pengendalian. Selama sebuah industri membutuhkan pengukuran dan pengendalian, maka selalu ada yang namanya peluang berkarir menjadi Instrument Engineer di industri tersebut.
Sesi Pertanyaan 1.
Mata kuliah (wajib) yang sering dipakai lulusan S1 Teknik Fisika di dunia kerja?
Mekanika Fluida, Elektronika Analog, Teknik Kontrol Otomatis, Perpindahan Panas dan Massa, Perancangan Sistem Instrumentasi, Teknologi Sensor, Metode Numerik
Bidang Industri apa saja yang relevan dan bisa digeluti oleh lulusan S1 Teknik Fisika?
Process Control and Engineering, Oil & Gas and Petrochemical Industry, Transport Industry, FMCG, IT and Technology, Bank and Finance, Manufacture Industry, Power Plant
Apakah lulusan S1 Teknik Fisika mudah mendapat pekerjaan?
Bagi siapapun yang ingin sungguh-sungguh berusaha dan berdedikasi tinggi, akan mudah mendapat pekerjaan.
Peluang kerja lulusan S1 Teknik Fisika di instrumentasi bagian pengondisian ruang itu apakah luas atau tidak? Dan contohnya seperti apa?
Banyak, saya pertama kali berkarir di bidang tersebut tapi dulu sewaktu magang (belum lulus). Saya magang di Azbil Barca, bidang perancangan HVAC system untuk proses kimia di temperatur tertentu. Msalnya, untuk di Kimia Farma di Pulo Gadung, Jakarta, untuk proses pembuatan obat-obat pada temperature 10-15 derajat.
Pada umumnya, industri proses itu ada tiga bagian domain kerja.
1. End User
2. Engineering Procurement and Construction (EPC)
3. Vendor
Contoh Perusahaanya,
1. End User: Pertamina (BUMN), Petrokimia Gresik, Medco Energi, Conoco Phillips, Chandra Asri, Asahimas Chemical, Indonesia Power (BUMN)
2. EPC : WIKA (BUMN), Adhi Karya, RPE Engineering, IKPT, Tripatra
3. Vendor : Emerson, Yokogawa, Schneider Electric, General Electric, Honeywell
Contoh-contoh tersebut hanya beberapa, PLN juga masuk dalam End User dan semua bidang itu lulusan S1 Teknik Fisika bisa masuk di mana saja, tergantung passion dan skill ingin berkarir di mana. Berikutnya adalah Studi Kasus, analoginya seperti apa. Real Case seperti yang saya kerjakan sekarang.
Conoco Phillips sebagai End User (Migas) ingin membangun sumur galian baru di onshore. Dia punya resource tapi gatau cara galinya (hal yang teknis) seperti apa. Maka Conoco Phillips, memberikan tender ke EPC untuk membuat tahapan Engineering (desain), Procurement (pengadaan barang-barang) dan Constructionnya (pembangunan).
EPC mengetahui cara mengkonstruksi, tau cara menggali, dan sebagainya. Misalnya dalam proyek penggalian sumur minyak. Namun, EPC tidak tau cara menggunakan peralatan untuk menggali sumur minyak tersebut, sehingga EPC pun menawarkan proyek (semacam kerja sama) dengan vendor.
Sesi Pertanyaan 2
Kalau menurut penjelasan diatas, apakah EPC akan bekerjasama dengan Vendor dalam tender yang dimenangkan tersebut? Atau EPC hanya sebagai penyalur saja?
Tergantung hasil kesepakatan End User dengan EPC. Atau tergantung End User sepenuhnya.
Apa perbedaan jobdesk lulusan S1 Teknik Fisika dan S1 Teknik Kimia di EPC pada sebuah Proyek pembangunan Plant?
Teknik Kimia tau dan mengerti bagaimana reaksi dan proses kimia yang terjadi. Misalnya, suatu fluida mengandung H2S dan proses yang diinginkan adalah untuk memurnikan fluidanya dari kandungan H2S tersebut. Teknik Fisika bertugas untuk mengidentifikasi, dengan mengukur mass flow, debitnya, persentase zatnya, dan penggunaan Flow Analyzer-nya.
Teknik Kimia tidak tau apakah fluida tersebut sudah murni atau belum, Teknik Fisika yang tau (output dari instrumentasi), sedangnya perancangan prosesnya, jurusan teknik kimia lebih tau.
Antara ketiga jenis perusahaan (End User, EPC, dan Vendor) mana yang lebih dituntut kemampuan technicalnya?
Vendor. Karena, ketika ada project, vendor memiliki tanggung jawab ke End User dan EPC. Di vendor, engineering nya harus sesuai tuntutan desain dari End User dan EPC. Tidak hanya software, tetapi juga hardware-nya (Field Instrument Device)
Kerja Instrument Inspector biasanya dimana dan apa yang dikerjakan?
Sulit untuk ditentukan, biasanya lebih laku di luar negeri. Setahu saya, Instrument Inspector berlaku untuk pengalaman 5 tahun keatas, tapi ikut training nya juga tidak apa-apa untuk menambah pengetahuan. Tapi, di Indonesia, untuk fresh graduate belum ada yang menjadi Instrument Inspector, biasanya Instrument Engineer.
Apa itu sensor? Sensor adalah medium sensing sinyal analog misal sumbernya 24VDC. Transmitter adalah medium yang mengubah sinyal analog 24VDC menjadi sinyal elektrik 4mA – 20 mA atau sinyal pneumatik 0 – 20 psig. Misalnya, sensor temperatur dengan range 0-100 Centigrade (Celcius), sumbernya 24VDC. Ketika sensor tersebut mendeteksi panas, panas tersebut memberikan sinyal analog ke sensor panas, nanti sinyal analog akan dikonversi oleh transmitter menjadi 4-20mA. Ketika suhu pengukurannya 50 derajat celcius maka transmitternya akan memberikan nilai keluaran arus sebesar 11mA dan seterusnya, bisa dihitung menggunakan metode iterasi menggunakan metode numerik. Ketika suhunya 0 derajat maka keluarannya 4 mA. Kalau suhunya 100 derajat maka kelauarannya 20 mA.
Controller: DCS dan PLC
Kembali ke studi kasus. Conoco Phillips mempunyai sumber crude oil, dan EPC yang ditunjuk adalah IKPT. Setelah deal, maka EPC (IKPT) akan melakukan tahap engineering awal dengan mendesain dan menganalisa kemungkinan cara drilling sumurnya seperti apa. Hasil engineering ini dituangkan ke dalam dokumen/blueprint yang disebut Piping and Instrument Diagram (P&ID). Dokumen lain contohnya adalah PFD (Process Flow Diagram), Single Line Diagram, dan Loop Diagram.
Setelah dokumen-dokumen tersebut jadi, selanjutnya adalah tahapan engineering di bagian Vendor. Engineering pada bagian Vendor ada tiga tahap, yaitu:
- TAT: Template Acceptance Test
- FAT: Factory Acceptance Test
- SAT: Site Acceptance Test
Ketiga tahapan tersebut terdapat pada training instrument inspector. Berikut penjelasan singkatnya,
1. Tahap TAT (Template Acceptance Test)
Tahap TAT adalah tahapan deal antara End User, EPC, dan vendor. Kesepakatan engineering unit yang digunakan (misal dalam satuan SI atau British). Sebetulnya, lebih banyak pengenalan project setelah tahap TAT selesai. Maka, akan dilakukan Engineering Schema pengendalian plant/ pengendalian plant menggunakan controller yang dinamakan DCS dan PLC.
Apa perbedaan DCS dan PLC?
PLC (Programmable Logic Controller) adalah device yang bekerja berdasarkan basis digital. DCS (Distributed Control System) pada prinsipnya adalah analog. Perbedaan mendasarnya terdapat pada parameter Cycle Time. Cycle Time PLC biasanya lebih cepat daripada DCS.
DCS
Input/Output > 10.000
Time-Respons 1-2 sec. Digunakan untuk Process Control System (PCS).
PLC
Input/Output < 5000
Time-Response 1-2 mili sec. Digunakan untuk Safety Instrumented System (SIS).
Keduanya bisa menggunakan sinyal analog atau digital. DCS dapat mengendalikan 1 Plant sedangkan PLC hanya pada bagian yang lebih spesifik. Untuk engineering, PLC atau DCS ada 2:
1.Human Machine Interface (HMI)
HMI biasanya digunakan untuk menunjukkan hasil pengukuran dilapangan yang di monitoring melalui CCR (Central Control Room).
2. Logic Engineering. Biasnya, membuat program pengendalian menggunakan bahasa pemrograman yaitu Ladder Diagram, Visual Basic, C++, atau Function Block.
Berikut ada penjelasan sedikit tentang HMI Engineering, yang Engineering-nya itu di Desain oleh P&ID.
Gambar diatas ini adalah P&ID yang diberikan oleh EPC untuk membuat Desain Plant. Dan Hasil HMI nya akan seperti berikut,
Untuk Logic Engineering masih belum dibahas disini. Setelah sistem Selesai, akan masuk ke tahap Engineering ke 2 yaitu FAT (Factory Acceptance Test).
2. Tahap FAT (Factory Acceptance Test)
FAT (Factory Acceptance Test) adalah tes yang bertujuan untuk emngetahui apakah rancangan sistem yang dibuat telah sesuai dengan tuntutan desain atau belum, dengan memperhatikan berbagai aspek (garis besarnya).
Saya mendesain DCS menggunakan software dari Emerson, namanya DeltaV. HMI Engineering dan Logicnya sudah ada pada software tersebut. Kalau PLC Engineering, Logic dan HMI nya sudah berbeda software. FAT biasanya dilakukan bukan di Site, melainkan di Staging Area, atau di kantor Vendor.
3. Tahap SAT (Site Acceptance Test)
SAT (Site Acceptance Test) atau Commissioning itu integrasi antara field instrument device dengan DCS/PLC. Contoh mudahnya adalah, force shutdown katup atau valve dari HMI. Ketika HMI nya di force untuk menutup valve.
Terima kasih, semoga bermanfaat.