Sesi 1. Reiza Syaifullah, S.T. (Teknik Fisika 2013)

Teknik Fisika punya bidang ilmu yang sangat komprehensif, tapi ada baiknya kita tidak hanya belajar dari perkuliahan, tapi juga berbagai hal yang diperlukan untuk membekali kita sebagai calon engineer atau pokoknya, apapun yang kamu inginkan di kehidupan pasca kuliah nanti.

Ada beberapa hal penting yang teman-teman perlu latih saat kuliah, yaitu kemampuan komunikasi, kerjasama, dan integritas, atau dirangkum sebagai yang biasa kita sebut softskill. Tapi, hal-hal tersebut akan lebih banyak didapatkan diluar perkuliahan. Di Kamalogis, kita bisa dapat dua hal penting, yaitu hardskill dan softskill. Kenapa softskill penting? Karena di dunia kerja tidak hanya problem solving by paper saja, tapi juga tantangan secara langsung, misalnya ketemu dengan client atau membangun relasi dengan rekan kerja.

Saya di Kamalogis ikut lumayan banyak kompetisi dan event, antara lain Lomba PLC ITB, PKM Karsa Cipta 2016 (lolos didanai), PKM Karsa Cipta 2015, Gemastik 2015 (finalis), dan Lomba Line Follower KMTETI (Technocorner).

Seperti yang disinggung di awal, kuliah di Teknik Fisika sangat komprehensif dan juga sangat beragam mata kuliahnya. Dua tahun awal sangat penting untuk membentuk pola pikir yang sebetulnya tidak hanya berguna di bidang engineering, tapi juga di dunia kerja. Misal, hal-hal sederhana seperti statistik dan probabilitas, tentang distribusi normal, hal ini berguna untuk analisis kebijakan dan pengeluaran dana di pemerintahan.

Saya pernah jadi IoT developer di PT. Graha Sumber Prima Elektronik (2017-2019). Dulu di Kamalogis, salah satu kegiatan yang sering dilakukan itu semacam software development sederhana, bikin kalkulator android, dan ternyata jadi IoT developer ini, banyak juga ilmu yang diterapkan itu diperoleh dari pengalaman-pengalaman di Kamalogis.

Salah satu proyek yang pernah saya kerjakan dulu adalah Mockup 3D Smart Data Center untuk internal perusahaan. Proyek ini juga memanfaatkan beberapa mata kuliah di Teknik Fisika, antara lain, Gambar Teknik, Rangkaian Listrik, Pemrograman Komputer, Termodinamika, PLC, dan Fisika Bangunan.

Untuk sekarang (17 November 2019), saya tidak bergerak di bidang engineering lagi, tapi di pemerintahan, sebagai Analis Pengembangan Teknologi di Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI (Kemenristekdikti). Disini lebih banyak bermain data dan keahlian komputer lainnya, dan juga tentunya birokrasi (hehe). Tapi, walaupun bukan di engineering, ilmu saat kuliah dan di Kamalogis tetap berguna, karena disini bertemu dengan banyak mitra industri atau lembaga penelitian dan pengembangan untuk peninjauan produk industri.

Selain itu, saya ingin sharing tentang “Prisip Pareto” atau Pareto Principle. Pareto Principle mengungkapkan bahwa “80% dari HASIL, merupakan 20% dari SUMBER.” Misalnya, 80% hasil ujian hanya berasar dari 20% materi yang ada di textbook. 20% tersebut adalah INTISARI dan pemahaman dasar. Tapi, bukan berarti cuma belajar 20% ya, kalau hanya belajar 20%, hasil yang diperoleh ya.. 16% doang.

Jadi intinya, Pareto Principle adalah prinsip intisari. Apapun yang dipelajari, pahami intisarinya, dan jadikan itu mindset, insyaallah temen-temen akan paham lebih banyak hal lain untuk diintegrasikan. Misal, kita belajar satu buku electrical engineering, pasti gak akan paham hal-hal advance seperti dioda, transistor, flip-flop, kalau belum paham kirchoff’s theorem kan? Jadi kirchoff’s theorem disini merupakan 20% yang saya maksud tadi.

Terima kasih, semoga bermanfaat.

 

Sesi 2. Mukhlas Adib, S.T. (Teknik Fisika 2014)

Salah satu peminatan di Teknik Fisika adalah instrumentasi dan kontrol, ini yang menjadi landasan kenapa saya bergabung dengan Kamalogis dulu. Sekarang saya sedang studi lanjut di ITB, Magister bidang Instrumentasi dan Kontrol (IK). Karena saya lanjut studi, tidak langsung terjun ke dunia kerja seperti Mas Reiza tadi, jadi prespektifnya mungkin lebih ke akademik.

Kuliah-kuliah seperti Rangkaian Listrik, Kalkulus, Kontrol Otomatis, Aljabar Linier, dan lain-lain mata kuliah dua tahun pertama, seperti yang disinggung Mas Reiza tadi, memang benar-benar penting, dan sangat penting, terutama bagi yang ingin studi lanjut. Hal ini berpengaruh pada kecepatan belajar materi saat S2, tentunya kita bisa melihat perbedaan antara orang yang sudah pernah belajar dan paham, sebelumnya, dan yang baru belajar.

Saya sarankan, di zaman ini tidak ada alasan untuk mendapat nilai E atau D (yang bukan merupakan hal aneh bagi mahasiswa Teknik Fisika, hehe) selama kalian benar-benar niat belajar. Sekarang, informasi sangat mudah diakses. Jadi, kalau dosen menerangkannya kurang pas.. seengganya menurut teman-teman, informasi yang lebih lengkap tentang itu bisa teman-teman dapatkan dimana-mana, dengan mudah. Salah satu platform kekinian adalah Youtube. Tidak ada salahnya belajar dari Youtube, justru disarankan. Bagi kalian yang sudah pernah merasakan belajar lewat Youtube, mungkin kalian terkadang merasa lebih jelas dan lebih paham belajar dari Youtube (i.e. Engineering Channel by Orang India).

Tulisan tentang kuliah dimana-mana, forum belajar juga sudah banyak. Asalkan niat, pasti bisa kok, jangan jadikan dosen sebagai alasan nilai jelek (hehe).

Selain itu, misalnya teman-teman ingin belajar tentang hal yang lebih teknis, robotik, IoT, dan lain-lain, ada beberapa portal yang biasa saya gunakan, yaitu edX.org dan coursera.org. Kalian bisa lebih mengembangkan minat belajar kalian (kalau memang sangat niat) dengan banyak exploring di materi-materi yang diberikan oleh kampus top dunia, misalnya dari MIT dan Harvard di internet.

Tentang S2, bagi yang ingin S2, saya sarankan untuk banyak mencari informasi-informasi beasiswa mulai dari sekarang, tidak terlalu cepat kok. Beasiswa LPDP tidak hanya untuk kuliah di luar negeri, tapi dalam negeri juga ada. Selain itu, Bahasa Inggris juga salah satu yang paling penting, dan harus diperdalam. Banyak belajar juga dari textbook berbahasa inggris seperti dari bapak Feynmann (hehe).

Terima kasih. Semoga informasinya bermanfaat.